Ilmuwan Inggris Berhasil Ciptakan Alat Tembus Pandang , Fungsi Google Glass kurang 'mengerikan'? Teknologi yang satu ini mungkin akan membuat sebagian orang lebih ketakutan. Pasalnya, dengan perangkat ini orang bisa melihat secara tembus pandang.
Para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) bereksperimen dengan sistem yang mereka sebut Wi-Vi. Sistem ini bisa melacak obyek bergerak di balik tembok, menggunakan sistem wireless yang terbilang murah dan sudah tersedia dimana-mana.
Wi-Vi bisa dibenamkan di smartphone atau perangkat genggam khusus. Dina Katabi, profesor yang mengembangkan Wi-Vi bersama mahasiswanya Fadel Adib menyebutkan, sistem ini nantinya bisa digunakan untuk kepentingan hukum atau penyelamatan saat bencana alam.
Meski demikian, menurut Katabi, pengguna gadget pun bisa menggunakannya. Misalnya, ketika seseorang khawatir ada yang mengikuti atau mengintai dari belakang, dia bisa menggunakan gadgetnya untuk mendeteksi apakah ada orang atau tidak di balik tembok.
Untuk saat ini, resolusi sistem Wi-Vi masih rendah. Sebagai gambaran, Wi-Vi versi pertama ini lebih seperti radar yang melacak pesawat, belum memperlihatkan detail seperti sinar X-ray.
Katabi dan Adib sedang berupaya mengembangkan versi dengan resolusi lebih tinggi, sehingga sistem ini bisa mengenali wajah. Namun sebelumnya, menurutnya masyarakat perlu memiliki kebijakan mengenai bagaimana menggunakannya. Tentunya agar masyarakat tidak kaget dan menciptakan kekhawatiran seperti ketika datang Google Glass.
"Seperti semua teknologi di dunia, ini bergantung pada bagaimana kita menggunakannya," kata Katabi.
Wi-Vi bekerja dengan mengirimkan gelombang radio Wi-Fi menembus hambatan seperti tembok, kemudian mengukur cara mereka terpantul kembali. Ini mirip dengan cara kerja radar dan sonar, namun tanpa perangkat berukuran besar dan mahal serta frekuensi terbatas.
Setiap kali sinyal Wi-Fi terpantul obyek, bentuk dan susunan obyek tersebut akan mempengaruhi sinyal yang dipantulkan lagi. Namun saat Wi-Fi 'menabrak' dinding, sebagian besar sinyal akan tercermin pada dinding. Saat itulah samar-samar bisa terlihat refleksi orang yang berada di sisi lain tembok. (Detik/Computer World)
Para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) bereksperimen dengan sistem yang mereka sebut Wi-Vi. Sistem ini bisa melacak obyek bergerak di balik tembok, menggunakan sistem wireless yang terbilang murah dan sudah tersedia dimana-mana.
Wi-Vi bisa dibenamkan di smartphone atau perangkat genggam khusus. Dina Katabi, profesor yang mengembangkan Wi-Vi bersama mahasiswanya Fadel Adib menyebutkan, sistem ini nantinya bisa digunakan untuk kepentingan hukum atau penyelamatan saat bencana alam.
Meski demikian, menurut Katabi, pengguna gadget pun bisa menggunakannya. Misalnya, ketika seseorang khawatir ada yang mengikuti atau mengintai dari belakang, dia bisa menggunakan gadgetnya untuk mendeteksi apakah ada orang atau tidak di balik tembok.
Untuk saat ini, resolusi sistem Wi-Vi masih rendah. Sebagai gambaran, Wi-Vi versi pertama ini lebih seperti radar yang melacak pesawat, belum memperlihatkan detail seperti sinar X-ray.
Katabi dan Adib sedang berupaya mengembangkan versi dengan resolusi lebih tinggi, sehingga sistem ini bisa mengenali wajah. Namun sebelumnya, menurutnya masyarakat perlu memiliki kebijakan mengenai bagaimana menggunakannya. Tentunya agar masyarakat tidak kaget dan menciptakan kekhawatiran seperti ketika datang Google Glass.
"Seperti semua teknologi di dunia, ini bergantung pada bagaimana kita menggunakannya," kata Katabi.
Wi-Vi bekerja dengan mengirimkan gelombang radio Wi-Fi menembus hambatan seperti tembok, kemudian mengukur cara mereka terpantul kembali. Ini mirip dengan cara kerja radar dan sonar, namun tanpa perangkat berukuran besar dan mahal serta frekuensi terbatas.
Setiap kali sinyal Wi-Fi terpantul obyek, bentuk dan susunan obyek tersebut akan mempengaruhi sinyal yang dipantulkan lagi. Namun saat Wi-Fi 'menabrak' dinding, sebagian besar sinyal akan tercermin pada dinding. Saat itulah samar-samar bisa terlihat refleksi orang yang berada di sisi lain tembok. (Detik/Computer World)